Cuma Indonesia Negara yang pernah
keluar dari keanggotaan PBB. Sampai tulisan ini dibuat, Indonesia merupakan
satu-satunya negara yang pernah keluar dari PBB.
Bergabung pertama kali tahun 1950 sebagai anggota ke-60 PBB, kemudian Indonesia
menarik keanggotaannya pada tahun 1965.
Kalo ada orang Indonesia yang tidak
kenal dengan Ir. Soekarno, aku pastikan dia orang bego, presiden pertama
Indonesia ini sangat fenomenal, banyak hal-hal yang dilakukan oleh beliau demi
kemajuan dan kemandirian bangsa Indonesia ini. Sejarah mencatat, Indonesia
merdeka dari segala bentuk penjajahan tidak terlepas dari peran tangan dingin
Soekarno. Selain berwibawa, ia juga sangat tegas. Beliau tidak pandang bulu
terhadap siapapun yang mencoba merendahkan martabat negara Indonesia.
Karena saking fenomenalnya beliau,
ketika dalam masa kepemimpinannya Indonesia pernah keluar dari keanggotaan PBB,
dan menjadi satu-satunya Negara yang pernah keluar dari PBB, sekali lagi itu
hanya Indonesia, bayangkan saja ketika beberapa Negara mencoba untuk masuk
menjadi anggota PBB dan mendapatkan kesulitan, Indonesia justru keluar dari
keanggotaan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di New York, USA. Tanggal 20
Januari 1965 Bung Karno menarik bangsa Indonesia dari keanggotaan PBB. Tentunya
Soekarno sudah memikirkan matang-matang terkait keputusannya mengundurkan
Indonesia dari PBB. Bukan tanpa sebab Indonesia keluar dari PBB, ada beberapa
faktor yang melatarbelakangi keluarnya indonesai dari PBB.
Pada tahun 1965 Indonesia sedang
berkonfrontasi dengan pihak Malaya di Kalimantan, konfrontasi ini adalah sebuah
perang antara Negara konfederasi Malaysia dan NKRI, pada tahun 1962-1966.
Perang ini berawal dari keinginan Federasi malaya lebih dikenali sebagai
Persekutuan tanah melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan
Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang ditumpangi oleh britania raya yang tidak
sesuai dengan Persetujuan Manila oleh karena itu Keinginan tersebut ditentang
oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia yang
sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai “boneka Inggris” merupakan
kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap
berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di
Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto
Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman
Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah
Soekarno terhadap Malaysia pun meledak, Soekarno yang murka karena hal itu
mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang
negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan
gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan
gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato beliau yang amat bersejarah, berikut
ini :
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh
Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa,
sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak
harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk
melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa
kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
(Soekarno)
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai
anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari
1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging
Forces, Conefo) sebagai alternatif. Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno
bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan
di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh
2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta
diliput sekitar 500 wartawan asing.
Jadi kebayangkan bagaimana presiden
pertama Negara ini, mulai dari pengucilan dari dunia internasional, bukan tanpa
alsan semua ini, inilah sejarah yang harus menjadi cerminan betapa fauding
father kita mempertahankan kedaulatan NKRI, harga mati untuk sebuah kemerdekaan
yang direbut oleh darah.
“Kami menggoyangkan langit,
menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang
hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe,
bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita” (Soekarno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar